Baladewa
itu anak dari Prabu Basudewa dan Dewi Rohini, saat muda ia bernama Kakrasana.
Saat ia menjadi raja di Mandura, ia dijuluki Baladewa kareana pernah menjadi
jagonya dewa saat mengalahkan musuh yang merusak Khayangan Salendra Bawana. Sebutan
lain yaitu Balarama, Wasi Jaladra, Halayuda, Begawan Kusumawalkita, Begawan
Culiganata. Ia mempunyai dua sepupu yaitu Narayana dan Lara Ireng (Wara
Subadra) utawa Bratajaya.
Saat
masih kecil bersama Narayana dan Lara Ireng dititipkan oleh Prabu Basudewa
kepada Demang Sanngopi dan Nyi Sangopi di Widarakandhang. Itu semua karena akan
diperjaya Kangsa yang ingin menjadi pemimpin di Mandura. Di Wadarakandhang,
Kakrasana menanam beringin kembar di halaman. Itu semua membuat takut Demang
Sagopi karena yang boleh menanam beringin hanyalah raja.
Kakrasana
lalu pergi bertapa di Argasonya, Bathara Brahma memberikan pusaka
yaitu Nenggala (tombak pendek) yang berada di telapak tangan dan Alugara berwujud gada (bentuknya semacam tongkat baseball).
Suatu cerita Kangsa yang ingin membunuh Kakrasana (Baladewa), Naraya dan Bratajaya mengadakan sebuah adu-aduan dan yang diadu adalah manusia. Jagonya Kangsa adalah Surati manta dan jagoannya Harya Prabu dan Ugrasena adalah Bilawa atau Bratasena. Sepupu bertiga tadi (Kakrasana, Naraya dan Bratajaya) juga menonton acara tersebut. Kangsa pun mencarinya, lalu ia menabrak dengan sengaja Kakrasana dan Narayana lalu terjadilah perang hebat. Kangsa pun terkena senjata Nenggala dan Cakra, dia pun terjatuh di tanah.
Kakrasana diangkat menjadi raja di Mandura dan dipanggil Prabu Baladewa. Istrinya bernama Dewi Erawati anak dari Prabu Salya di Mandakara. Dewi Erawati diculik di Tirta Kandhasan yaitu negara yang berada di tengah samudra, saat itu pula Baladewa memenangkan sayembara dan memperistri Dewi Erawati. Dengan dewi Erawati, ia mempunyai satu anak yaitu Raden Wisatha.
Walaupun watak Baladewa itu kasar, mudah marah, tidak pernah memperhitungkan segala sesuatunya, terburu-buru, tetapi dia tidak pernah mempunyai rasa benci ataupun dendam kepada siapa pun, semua temannya disenangi. Wasi Jaladara (Baladewa) juga mempunyai watak satria, jika ia salah maka ia mengakui kesalahannya dan selalu meminta maaf.
Baladewa juga menjadi sesepuhe para Kurawa, tujuanya supaya bisa memberikan petunjuk jalan dan tingakhlaku para Kurawa. Tetapi itu semua tidak berarti Baladewa mengayomi sepenuhnya atas Kurawa. Saat perang Bharatayuda, Baladewa tidak bisa datang karena ia sedang bertapa di Grojogan Sewu atas saran dari sepupnya yaitu Bathara Kresna.
Setelah selesai perang Bharatayuda, Parikesit menjadi raja di Ngastina, Baladewa dadi pandhitaning praja kurang lebih selama 36 tahun. Dan di akhir umurnya, Baladewa dan adiknya yaitu Kresna mengembara di tengah hutan, Baladewa pun melakukan pertapaan lalu arwahnya meninggalkan raganya dan berwujud naga. Baladewa itu adalah titisan dari Naga Basuki.
Suatu cerita Kangsa yang ingin membunuh Kakrasana (Baladewa), Naraya dan Bratajaya mengadakan sebuah adu-aduan dan yang diadu adalah manusia. Jagonya Kangsa adalah Surati manta dan jagoannya Harya Prabu dan Ugrasena adalah Bilawa atau Bratasena. Sepupu bertiga tadi (Kakrasana, Naraya dan Bratajaya) juga menonton acara tersebut. Kangsa pun mencarinya, lalu ia menabrak dengan sengaja Kakrasana dan Narayana lalu terjadilah perang hebat. Kangsa pun terkena senjata Nenggala dan Cakra, dia pun terjatuh di tanah.
Kakrasana diangkat menjadi raja di Mandura dan dipanggil Prabu Baladewa. Istrinya bernama Dewi Erawati anak dari Prabu Salya di Mandakara. Dewi Erawati diculik di Tirta Kandhasan yaitu negara yang berada di tengah samudra, saat itu pula Baladewa memenangkan sayembara dan memperistri Dewi Erawati. Dengan dewi Erawati, ia mempunyai satu anak yaitu Raden Wisatha.
Walaupun watak Baladewa itu kasar, mudah marah, tidak pernah memperhitungkan segala sesuatunya, terburu-buru, tetapi dia tidak pernah mempunyai rasa benci ataupun dendam kepada siapa pun, semua temannya disenangi. Wasi Jaladara (Baladewa) juga mempunyai watak satria, jika ia salah maka ia mengakui kesalahannya dan selalu meminta maaf.
Baladewa juga menjadi sesepuhe para Kurawa, tujuanya supaya bisa memberikan petunjuk jalan dan tingakhlaku para Kurawa. Tetapi itu semua tidak berarti Baladewa mengayomi sepenuhnya atas Kurawa. Saat perang Bharatayuda, Baladewa tidak bisa datang karena ia sedang bertapa di Grojogan Sewu atas saran dari sepupnya yaitu Bathara Kresna.
Setelah selesai perang Bharatayuda, Parikesit menjadi raja di Ngastina, Baladewa dadi pandhitaning praja kurang lebih selama 36 tahun. Dan di akhir umurnya, Baladewa dan adiknya yaitu Kresna mengembara di tengah hutan, Baladewa pun melakukan pertapaan lalu arwahnya meninggalkan raganya dan berwujud naga. Baladewa itu adalah titisan dari Naga Basuki.
{ 1 comments... read them below or add one }
Artikel nya sangat bermanfaat :D
kunjungi juga blog kami ada artikel menarik tiap hari nya http://idrmonopolyindo.blogspot.com/
Jangan lupa main di indomonopoly http://www.indomonopoly.com/
Post a Comment